Habib Syakur: Isu Artis–Pejabat Tak Boleh Alihkan Fokus dari Bencana Sumatra - Telusur

Habib Syakur: Isu Artis–Pejabat Tak Boleh Alihkan Fokus dari Bencana Sumatra


telusur.co.id - Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, menilai isu yang menyeret nama mantan Menpora Dito Ariotedjo dengan artis Davina Karamoy sebagai gosip murahan yang sengaja dibesarkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk mengalihkan perhatian publik dari persoalan yang jauh lebih penting, khususnya bencana alam yang melanda wilayah Sumatera.

Habib Syakur menegaskan, tidak ada dasar fakta yang jelas dalam isu tersebut. Bahkan, Davina Karamoy sendiri telah memberikan respons terbuka dengan menyatakan kebingungannya atas tuduhan yang beredar.

“Apa yang perlu diklarifikasi? Aku pun bingung,” ujar Davina, sebagaimana dikutip Habib Syakur.

Menurut Habib Syakur, pernyataan tersebut justru memperjelas bahwa isu yang beredar hanyalah spekulasi liar tanpa konfirmasi, tanpa bukti, dan tanpa klarifikasi resmi dari pihak-pihak yang disebutkan.

“Ini pola lama. Ketika publik seharusnya fokus pada penderitaan rakyat akibat bencana di Sumatera, justru dimunculkan isu sensasional, gosip artis, dan tuduhan personal untuk mengaburkan empati publik,” kata Habib Syakur, Senin (15/12/2025). 

Ia menilai penyebaran isu semacam ini bukan hanya tidak etis, tetapi juga berpotensi merusak ruang publik yang sehat. Habib Syakur mengingatkan bahwa mencampuradukkan gosip pribadi dengan nama pejabat negara tanpa dasar yang jelas merupakan bentuk pembunuhan karakter (character assassination).

“Publik harus cerdas. Jangan sampai energi bangsa habis untuk isu murahan, sementara saudara-saudara kita sedang berjuang menghadapi banjir, longsor, dan dampak kemanusiaan lainnya,” tegasnya.

Habib Syakur juga mengingatkan bahwa dalam ajaran Islam, penyebaran berita tanpa verifikasi merupakan perbuatan yang dilarang. Ia mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang fasik membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya (tabayyun), agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal.” (QS. Al-Hujurat: 6)

Selain itu, ia juga mengutip ayat lain yang menegaskan larangan menyebarkan sesuatu tanpa dasar ilmu:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra: 36)

Habib Syakur menambahkan, Rasulullah SAW juga telah mengingatkan bahaya menyebarkan informasi tanpa klarifikasi. Dalam sebuah hadis disebutkan:

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika ia menceritakan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim). 

Menurutnya, nilai tabayyun, kehati-hatian, dan tanggung jawab moral dalam berbicara harus kembali ditegakkan di ruang digital.

“Jangan karena ingin viral, lalu akal sehat dan nurani ditinggalkan. Hoaks bukan sekadar kesalahan informasi, tapi bisa menjadi kezaliman terhadap orang lain,” ujar Habib Syakur.

Ia pun mengajak media, influencer, dan masyarakat luas untuk tidak ikut memperbesar isu yang tidak memiliki nilai kepentingan publik. Sebaliknya, Habib Syakur menegaskan bahwa perhatian bangsa seharusnya diarahkan pada agenda kemanusiaan, solidaritas sosial, dan upaya nyata membantu korban bencana.

“Bangsa ini tidak kekurangan gosip, tapi sering kekurangan empati. Mari kita jaga akal sehat publik dan jangan mudah diperalat oleh isu-isu palsu,” pungkasnya.[Nug] 

 

 

 


Tinggalkan Komentar