telusur.co.id - Terintegrasinya ekosistem usaha wong cilik di segmen holding BUMN Ultra Mikro (UMi), akan memperluas akses permodalan UMKM. Karena memberikan layanan pembiayaan yang murah, mudah, dan efisien, serta diyakini mampu mengangkat peran koperasi di Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif Startup Lab Development Center (SLDC) Bobby Afifuddin, bagi pelaku ekonomi segmen UMKM, akses permodalan selalu menjadi persoalan klasik dari masa ke masa.
"Saya pikir (holding BUMN UMi) menjadi ‘oase’ bagi pelaku usaha kecil dalam hal akses permodalan,” ujar Bobby, Jumat (2/7/21).
Bobby menjelaskan, saat ini di masyarakat menjamur lembaga pemberi kredit pembiayaan yang menerapkan skema bunga cukup tinggi. Hal tersebut membebani keuangan pelaku usaha UMi maupun UMKM.
Kehadiran holding BUMN UMi diharapkan menciptakan pula ekosistem layanan jasa produk keuangan yang kompetitif dan formal sesuai regulasi pemerintah. Jika hal itu terjadi akan mendorong pertumbuhan pelaku usaha UMi dan UMKM.
"Saya rasa holding bisa meningkatkan efisiensi perluasan akses pembiayaan mikro,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Soliamitra, Suhada, optimis holding BUMN UMi akan mendongkrak perkembangan usaha segmen mikro, dan mampu mengangkat peran koperasi.
Dia mengatakan kinerja ekonomi pelaku usaha di segmen mikro saat ini masih sangat terpukul karena terdampak pandemi Covid-19.
"Kami tentu ikut mendukung upaya pembentukan holding. Apalagi kami melihat tujuannya baik untuk integrasi (menopang kinerja usaha mikro)," ujar Suhada.
Mengutip data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah unit usaha mikro termasuk ultra mikro di dalamnya mencapai 65,46 juta pada 2019. Dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 109,8 juta jiwa.
Adapun jumlah koperasi hingga Desember 2020 tercatat 127.124 yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan jumlah anggota mencapai 25,09 juta.[Fhr]