telusur.co.id - Kehadiran BUMN Holding Ultra Mikro diyakini memperluas akses permodalan bagi UMKM yang notabene menjadi persoalan klasik dari masa ke masa. Holding Ultra Mikro memberikan keleluasan kepada masyarakat dalam memilih lembaga pembiayaan yang murah, mudah, dan efisien.
Direktur Eksekutif Startup Lab Development Center (SLDC), Bobby Afifuddin menjelaskan, sebagaimana fakta di lapangan, tak sedikit lembaga pemberi kredit pembiayaan menerapkan skema bunga yang cukup tinggi dan membebani keuangan pelaku usaha mikro maupun UMKM. Sehingga kehadiran Holding Ultra Mikro diharapkan menciptakan persaingan lini bisnis ini yang makin kompetitif.
“Saya pikir (kehadiran Holding Ultra Mikro) menjadi oase bagi pelaku usaha kecil dalam hal akses permodalan,” ujar Bobby dalam keterangannya, Selasa (29/6/21).
Dia optimis bahwa Holding Ultra Mikro yang digawangi BRI, PT Pegadaian, serta PNM, mampu meng-cover ruang-ruang yang selama ini tak mampu ditutupi lembaga pembiayaan keuangan mikro lain.
“Saya rasa holding bisa meningkatkan efisiensi perluasan akses pembiyaan mikro,” tambah pria yang juga mentor usaha rintisan tersebut.
Bobby tak setuju dengan pendapat yang menyebut Holding Ultra Mikro tidak pro rakyat serta melemahkan para pelaku UMKM. Hal itu sebagai sesuatu yang tak berdasar.
“Melemahkannnya di mana? kan sudah terbukti KUR (Kredit Usaha Rakyat) itu membantu sekali warga. Dengan Holding Ultra Mikro, justru nanti makin terintegrasi dan mempermudah masyarakat,” tegas dia.
“Harus dicatat bahwa fokus Holding Ultra Mikro memang untuk pelaku usaha kecil dan UMKM. Artinya treatment tiap kebijakannya berorientasi pada peningkatan kapasitas dan SDM mereka. Ada skema pendampingan dan transfer knowledge-nya,” sambungnya.
Untuk itu, dia mengajak publik tak menganggap Holding Ultra Mikro ini sebagai ancaman bagi koperasi maupun lembaga keuangan swasta. "Pahami kalau holding ini hadir sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap pelaku UMKM," tukasnya. [Fhr]