KKP Optimis Indonesia Jadi Pemain Utama Industri Rumput Laut Dunia - Telusur

KKP Optimis Indonesia Jadi Pemain Utama Industri Rumput Laut Dunia

Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarti

telusur.co.id - Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti menilai, sektor kelautan dan perikanan bisa menjadi pengungkit ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19. Alasannya, sektor kelautan dan perikanan memiliki sumber daya hayati dan non hayati yang beranekaragam dan melimpah.

"Salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia  yaitu rumput laut. Jumlahnya pun sangat melimpah yakni dikisaran 8,6% dari total biota di laut. Terlebih, Luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia," kata Artati dalam Webinar, Rabu (16/6/21). 

"Ini baru dari komoditas rumput laut, potensi sektor kelautan dan perikanan sudah sedemikan luar biasa," sambungnya. 

Artati lantas mengutip paparan peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Tri Handayani, yang menyebutkan bahwa saat ini Indonesia memiliki kekayaan makroalga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus) dan 911 jenis (species).

Rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 564 jenis, disusul alga hijau (Chlorophyta) sekitar 201 jenis dan alga coklat (Ochrophyta) sekitar 146. 

"Keberlimpahan sumber daya hayati rumput laut ini tentunya merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional," tuturnya. 

Oleh karena itu, Artati menegaskan, riset dan inovasi adalah kunci peningkatan daya saing di pasar global. Karenanya, keberadaan TSIN yang beranggotakan para peneliti, pakar dan praktisi rumput laut di Indonesia, bisa menjadi kekuatan guna menjembatani antara inovasi dan industri, agar komersialisasi hasil riset dan inovasi rumput laut dan dapat terwujud. 

"Untuk memperkuat posisi dan peran TSIN dalam perumput lautan Indonesia perlu diupayakan agar TSIN menjadi sebuah lembaga yang akan mengawal percepatan industrialisasi dan peningkatan daya saing rumput laut Indonesia," tegasnya. 

Melalui sinergitas riset, inovasi dan penerapan di lapangan, Artati meyakini Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam industri rumput laut dunia. Terlebih proyeksi permintaan rumput laut negara-negara Asia Pasifik sebagai pasar terbesar, mencapai USD23,04 miliar di tahun 2027. 

Lonjakan permintaan terjadi karena meningkatnya permintaan untuk industri pangan, pakan, obat-obatan dan kosmetik. 

"Pasar menurut Fortune Business Insights akan terus tumbuh dengan meningkatnya permintaan dan produksi dari negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, India dan Jepang, termasuk Indonesia untuk bahan pangan, kosmetik, farmasi, bahan perekat dan gel," tukas Artati.[Fhr]

 


Tinggalkan Komentar