telusur.co.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah gencar melakukan penanganan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang menunjukkan angka cukup tinggi di ibu kota. Salah satu langkah konkretnya, melalui program layanan kesehatan inovatif bernama Pasukan Putih yang baru saja diluncurkan.
"Pasukan Putih ini sepenuhnya bekerja untuk memberikan support kesehatan yang ada di Jakarta. Tentunya semua penyakit termasuk tadi yang disampaikan TBC dan sebagainya," ujar Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, di Rusun Tanah Tinggi Johar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025).
Menurut Pram, upaya penanganan TBC telah menjadi bahasan dalam rapat bersama Dinkes DKI Jakarta beberapa waktu lalu. "Memang TBC sedang ada dan kita sedang menangani itu," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, mengakui tingginya angka kasus TBC di Jakarta. Sebagai respons, Dinkes DKI telah mengimplementasikan strategi pengendalian TBC berbasis komunitas. Saat ini, tercatat sebanyak 274 Rukun Warga (RW) di Jakarta telah berstatus siaga TBC.
Peran Pasukan Putih dalam program ini sangat krusial. Mereka akan berkolaborasi erat dengan kader TB di tingkat komunitas untuk aktif mencari kasus baru TBC.
Selain itu, mereka juga bertugas memberikan edukasi kepada masyarakat yang memiliki kontak erat dengan penderita TBC agar bersedia menjalani pemeriksaan.
"Pasukan Putih juga akan mendampingi penderita TBC untuk menyelesaikan minum obatnya karena harus minum obat selama enam bulan," jelasnya.
Ani menekankan pentingnya kepatuhan pengobatan bagi kesembuhan pasien TBC. Ia juga menegaskan komitmen penuh Pemprov dalam mengendalikan penyebaran penyakit TBC di wilyah DKI Jakarta.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, secara nasional masalah TBC di Indonesia baru-baru ini cukup tinggi. Karena, TBC merupakan penyakit menular dengan jumlah penderita dan angka kematian yang sangat tinggi. Di Indonesia, lebih dari 100 ribu jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini.
"Jadi dalam 100 tahun terakhir, 1 miliar orang sudah meninggal. Sekarang TBC di dunia 1 tahun 1 juta yang meninggal. Ini besar sekali, lebih besar dari Covid," ungkap Menkes Budi, menggambarkan betapa seriusnya ancaman TBC secara global.
Menkes tidak lupa mengingatkan pentingnya upaya skrining aktif untuk menemukan penderita TBC sedini mungkin. Langkah ini krusial untuk memastikan pasien segera mendapatkan pengobatan yang tepat dan tuntas.
"Setelah penderita TBC ditemukan, pastikan dia minum obat selama enam bulan," tandasnya. [Nug]
Laporan: Alfarisi