Rosatom, Nuklir, dan Masa Depan Global - Telusur

Rosatom, Nuklir, dan Masa Depan Global


Telusur.co.id -Oleh: Boy Anugerah, Direktur Eksekutif Baturaja Project.

Masa depan bumi sejatinya merupakan tanggung jawab bersama umat manusia, tanpa sekat negara, perusahaan, atau sekedar kepentingan sempit antroposentrisme. Kiranya perspektif itulah yang harus dibawa oleh para peserta Konferensi Perubahan Iklim PBB COP-30 UNFCCC di Brasil yang saat ini sedang berlangsung.

Di tengah denting wacana yang diangkat untuk memerangi dampak perubahan iklim yang kian terasa mengancam nyawa umat manusia, kiranya penting untuk menengok kembali praktik terbaik yang sudah berjalan, ketika Rusia melalui perusahaan nuklirnya Rosatom, mengembangkan nuklir untuk pemenuhan kebutuhan energi domestik dan juga berkontribusi dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon. 

Kontribusi energi nuklir dalam mendukung pembangunan nasional dan industrialisasi rendah karbon semakin mengemuka. Rosatom, perusahaan nuklir terkemuka Rusia yang bergerak di seluruh siklus bahan bakar nuklir, menunjukkan bahwa energi nuklir telah mendapat pengakuan sebagai sumber energi rendah karbon yang setara dengan energi terbarukan.

Energi nuklir terbukti mampu memasok kebutuhan listrik global sekitar 10 persen, dan berkontribusi menopang seperempat dari seluruh pembangkit listrik rendah karbon, sehingga menghindarkan terjadinya pembuangan emisi karbondioksida dalam jumlah besar setiap tahunnya. Tanpa energi nuklir, tujuan net-zero emission praktis tidak akan tercapai. Hal ini mendudukkan energi nuklir dalam diskursus penting di Eropa terkait wacana transformasi iklim dan energi.

Keunggulan nuklir

Urgensi energi nuklir tidak hanya terletak pada kredibilitas lingkungannya, namun juga pada keunggulannya. Tidak seperti energi terbarukan yang bersifat intermiten, tenaga nuklir menyediakan listrik dengan beban dasar yang stabil, yang penting untuk keamanan energi dan stabilitas jaringan listrik. Energi nuklir juga menawarkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang serendah emisi angin dan matahari, namun pada saat yang sama menjamin pembangkitan listrik yang berkelanjutan 24/7, yang sangat penting bagi sistem energi di seluruh dunia. Teknologi nuklir modern juga semakin mudah beradaptasi. Selain pembangkit listrik skala besar yang melayani jutaan orang, reaktor modular kecil (SMR) yang berkisar antara 50 hingga 300 MW, kini muncul sebagai solusi terukur untuk wilayah dengan infrastruktur jaringan listrik yang terbatas. Dengan masa operasional yang mencapai 100 tahun, tenaga nuklir juga mendukung pertumbuhan industri jangka panjang dan lapangan kerja terampil. Untuk transisi energi yang adil dan efisien, semua teknologi rendah karbon, termasuk nuklir, dapat menjadi instrumen untuk mewujudkannya.

Rosatom sebagai pemimpin pasar nuklir global sangat menganjurkan dimasukkannya energi nuklir dalam strategi penanganan perubahan iklim global. Ketika diskusi berlanjut pada COP-30 di Brasil, raksasa korporasi nuklir tersebut mempromosikan integrasi tenaga nuklir ke dalam strategi iklim nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, hanya 9 dari 31 negara yang mengoperasikan nuklir yang memasukkan nuklir ke dalam the National Determined Contribution (NDC). Saat ini dengan pembaruan NDC, jumlahnya melebihi dua puluh, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Tiongkok, India, UEA, dan Rusia.

Hal ini menjadi pertanda baik bahwa nuklir semakin diakui sebagai alat untuk mencapai tujuan mitigasi perubahan iklim nasional di negara-negara tersebut. Portofolio produk ramah lingkungan Rosatom tidak hanya terbatas pada nuklir, tetapi juga mencakup energi angin, sistem penyimpanan energi, kendaraan listrik, dan proyek lingkungan. Perusahaan juga mendukung inisiatif pemuda dan pendidikan yang menyoroti kontribusi energi nuklir terhadap upaya dekarbonisasi global.

Komitmen dan faktor pendukung

Rosatom juga memainkan peran proaktif dalam mendukung presentasi proyek nuklir dalam NDC Rusia yang diperbarui. Ketika pembaruan NDC sedang berlangsung, Rosatom mengusulkan bagaimana mengintegrasikan proyek nuklir ke dalamnya dengan menunjukkan manfaat iklimnya. Di Rusia, nuklir sudah menyumbang lebih dari separuh pembangkitan rendah karbon. Pada akhir 2024, keputusan diambil untuk meningkatkan porsi pembangkit listrik dari 20 menjadi 24 persen pada 2042 dan Rusia akan mendapatkan manfaat dari hal ini sehubungan dengan kinerja iklim negara yang berjalan.

Pengembangan energi dan industri nuklir mendapatkan “angin segar” ketika Bank Dunia mencabut larangan pendanaan nuklir yang telah berlangsung selama satu dekade. Keputusan ini memberi pesan kuat kepada lembaga-lembaga keuangan global bahwa nuklir adalah sumber energi bersih, membuka peluang bagi mekanisme pembiayaan ramah lingkungan. BRICS New Development Bank, sebuah institusi keuangan yang didirikan oleh blok ekonomi alternatif BRICS bahkan memasukkan pengembangan energi nuklir sebagai bagian integral strategi keuangannya. Pengembangan ini diharapkan dapat merangsang investasi pada proyek-proyek SMR, terutama mengingat skalanya yang lebih kecil dan waktu konstruksi yang lebih singkat.

SMR, mewakili salah satu jalur paling menjanjikan untuk memperluas akses terhadap energi ramah lingkungan di wilayah berkembang. SMR membutuhkan biaya sekitar sepuluh kali lebih murah dibandingkan fasilitas nuklir besar. Bagi negara-negara di Afrika Sub-Sahara, Asia Tenggara, dan Amerika Latin, SMR dapat melengkapi energi terbarukan dan membantu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Jejak mereka yang lebih kecil dan kebutuhan modal yang lebih rendah menjadikan mereka cocok untuk negara-negara dengan infrastruktur terbatas. Jika energi nuklir diakui dalam taksonomi ramah lingkungan, SMR juga dapat memenuhi syarat untuk pendanaan ramah lingkungan berbiaya rendah, sehingga memungkinkan akses yang lebih luas terhadap energi bersih dan andal.

Kerja sama internasional tetap menjadi inti agenda ramah lingkungan Rosatom. Contoh penting adalah kompetisi “Masa Depan Hijau” dalam BRICS, yang mendukung proyek lingkungan hidup yang dipimpin perempuan dan menumbuhkan ekosistem kepemimpinan keberlanjutan di seluruh negara anggota.

Rosatom juga memperluas kemitraan di Afrika, Asia Tengah dan Tenggara, serta Amerika Latin, menawarkan solusi energi ramah lingkungan, teknologi iradiasi pertanian, dan aplikasi industri yang berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal. Pendidikan dan pemberdayaan, khususnya perempuan di sektor hijau, merupakan bagian integral dari pekerjaan yang digarap Rosatom. 

Visi ke depan

Seiring dengan kemajuan COP-30, visi untuk meningkatkan jumlah dan kapasitas nuklir nuklir sebanyak tiga kali lipat pada 2050 memerlukan kerja sama internasional yang sifatnya kolaboratif dan terkoordinasi, mulai dari penyelarasan kebijakan antarnegara, hingga dukungan finansial dan inovasi keuangan.Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini energi nuklir telah menjadi bagian penting dalam perumusan strategi penanganan perubahan iklim global.

Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memperluas akses terhadap pembiayaan ramah lingkungan, mengintegrasikan nuklir ke dalam taksonomi ramah lingkungan dan pasar karbon internasional, serta memastikan bahwa strategi transisi energi tetap inklusif terhadap semua teknologi rendah karbon. Penggunaan tenaga nuklir bukan saja siap sebagai alternatif energi terbarukan, namun sebagai mitra penting bagi negara-negara global untuk memastikan transisi energi dunia tetap bersih, andal, dan terjangkau.


Tinggalkan Komentar