telusur.co.id - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan bahwa negaranya siap berunding untuk mengakhiri perang di Ukraina, namun tidak akan menerima usulan gencatan senjata yang ditawarkan Kyiv.
"Kami tidak akan mempertimbangkan proposal gencatan senjata apa pun. Sebab, ketika kami mempertimbangkannya terakhir kali, Anda menipu kami. Namun secara umum, kami siap bernegosiasi,” kata Lavrov dalam konferensi pers setelah pidatonya di Majelis Umum PBB, Sabtu (23/9/23).
"Moskow menghormati integritas wilayah Ukraina dengan melaksanakan deklarasi kemerdekaan Ukraina tahun 1991," ujar Lavrov, seperti dilansir Russia Today, Minggu (24/9/23).
“Salah satu poin utama dalam deklarasi kemerdekaan ini bahwa Ukraina adalah negara netral dan tidak bergabung dengan koalisi militer mana pun. Berdasarkan ungkapan tersebut dan dalam kondisi tersebut, kami mendukung integritas wilayah Ukraina,” tegas Menlu Rusia.
Lavrov mengumumkan bahwa 10 poin formulasi perdamaian yang disampaikan Volodymyr Zelensky, presiden Ukraina, sama sekali tidak dapat diterima.
"Kita dihadapkan pada kenyataan buruk, yaitu Zelensky dan semua pemimpinnya dari Washington, London, dan Brussel mengatakan dengan tegas dan dengan satu suara, tidak ada dasar lain untuk perdamaian selain formula Zelensky. Formula ini tidak dapat diwujudkan sama sekali dan semua orang memahami hal tersebut,” ujar Lavrov.
Lavrov menambahkan bahwa Moskow meninggalkan prakarsa gandum di Laut Hitam karena janji-janji yang dibuat kepada Rusia, termasuk pencabutan sanksi terhadap bank Rusia dan koneksi kembali ke sistem SWIFT global tidak dipenuhi.
Ia melanjutkan bahwa usulan terbaru PBB untuk menghidupkan kembali koridor ekspor produk pertanian melalui Laut Hitam jauh dari kenyataan.[Tp]