telusur.co.id, Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) membangun komunikasi dengan lembaga sosial Dompet Dhuafa terkait pemberdayaan masyarakat dan pengentasan kemiskinan.
Karena itu, langkah bersinergi dan berkolaborasi sangat penting guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera. "Saya mengapresiasi kunjungan Dompet Dhuafa, apalagi lembaga ini memiliki pengalaman panjang dalam mengelola dana-dana sosial masyarakat," kata Ketua umum DNIKS, Effendy Choirie dalam sambutan Silaturahmi DNIKS-Dompet Dhuafa di Kantor DNIKS, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Hadir dalam silaturahmi tersebut Sekjen DNIKS Sudarto, Waketum Zarman Syah, Ketua Ali Nurdin Abdul Gani, Rudi, Ikhsanudin, Wasekjen Sentot Modjo dan Tetri.
Kemudian, hadir pula Pimpinan Dompet Dhuafa, Anggota Dewan Pengawas Yayasan Dompet Dhuafa, Yayat Supriatna didampingi Dian Mulyadi, Corporate, Deputy Direktur Komunikasi lalu Mulyadi Saputra, Deputy Direktur Pendidikan (TK- PT), dan Cici Kurniasih, Deputy Direktur Pendidikan (Al-Syukro, Universal Pamulang) serta Kamaludin, GM LPM, juga Nurhayati Rospita Sari.
"Masukan-masukan dari Dompet Dhuafa sangat bermanfaat dan menjadi perhatian guna meningkatkan manajemen dan organisasi filantropi," ujarnya.
Lebih jauh Gus Choi menjelaskan bahwa baik Dompet Dhuafa maupun DNIKS memiliki tujuan yang sama tentang perbaikan kehidupan masyarakat, terutama aspek ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikan.
"Dengan kata lain kerjasama program dengan Dompet Dhuafa dan DNIKS, bisa dilaksanakan secara bersama-sama. Tentu ini harus disambut positif, apalagi Dompet Dhuafa sudah memiliki sekolah gratis buat masyarakat miskin, yakni SMART School Ekselensia Indonesia Dompet Dhuafa dan DD Klinik, layanan kesehatan," terangnya lagi.
Gus Choi berencana akan melakukan kunjungan balik ke kantor Dompet Dhufa dan sekaligus mempererat kerjasama di lapangan guna mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemiskinan.
Ditempat yang sama Pimpinan Dompet Dhuafa, Yayat Supriatna mengaku siap bekerjasama dengan DNIKS. Karena,
Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi Islam sekaligus lembaga kemanusiaan yang bergerak untuk pemberdayaan umat (empowering people) dan kemanusiaan. "Pemberdayaannya bergulir melalui pengelolaan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf (Ziswaf) serta dana sosial lainnya yang terkelola secara modern dan amanah," ujarnya.
Lebih jauh Yayat menjelaskan bahwa Dompet Dhuafa mengedepankan konsep welas asih atau kasih sayang sebagai akar gerakan filantropis yang mengedepankan lima pilar program, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Sosial, serta Dakwah dan Budaya.
Dompet Dhuafa lahir dari jiwa-jiwa para jurnalis Harian Umum Republika yang tergerak untuk membantu sesama pada tahun 1993 silam. Dengan tekad mulia, 2 Juli 1993, hadir kolom donasi Dompet Dhuafa di halaman utama Harian Umum Republika. Tanggal tersebut kemudian tersurat sebagai hari lahirnya lembaga filantropi dan kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Setahun kemudian, Dompet Dhuafa mengantongi akta pendirian yayasan yang tercatat melalui akta No. 41 Tanggal 14 September 1994 di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, S.H, yang diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL.
Hingga saat ini, kepercayaan dan partisipasi publik terus menuntun Dompet Dhuafa dalam menghadapi tantangan global. Berawal dari kolom donasi, Dompet Dhuafa terus berkhidmat mengantarkan amanah para donatur maupun muzaki kepada mustahik atau penerima manfaat. Dari perjalanan tahun 1993 sampai dengan tahun 2023, kebaikan para donatur Dompet Dhuafa telah menyentuh lebih dari 31 juta jiwa sebagai penerima manfaat.
Selain menghadirkan program-program kebaikan untuk memberdayakan sesama, Dompet Dhuafa tentunya juga menguatkan kolaborasi. Salah satu langkahnya adalah meluaskan jaringan layanan. Maka dalam melengkapi perjalanan saat ini, Dompet Dhuafa hadir di 5 kantor layanan, 25 cabang dalam negeri, serta 5 cabang luar negeri. Tak hanya itu, Dompet Dhuafa juga bekerja sama dengan 88 jaringan strategis di 33 negara.
Pengembangan tersebut untuk mengatasi masalah di negeri ini yang tidak dapat dilakukan dengan bekerja sendirian. Terlalu besar masalah yang dihadapi, terlalu sedikit sumber daya yang dimiliki. Maka semua lapisan perlu bergandengan tangan, membangun kolaborasi, dan beraksi bersama mengatasi berbagai masalah kesenjangan dan ketimpangan di negeri ini.