telusur.co.id -Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jujitsu Universitas Airlangga (UNAIR) mencatat prestasi membanggakan pada Kejuaraan Jujitsu Madiun Open 2025 yang digelar Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) Kota Madiun. Bertempat di GOR Wilis, Kota Madiun, pada Jumat-Minggu 14-16 November 2025, tim UNAIR berhasil membawa pulang 15 medali, terdiri atas 6 emas, 4 perak, dan 5 perunggu.
Ketua UKM Jujitsu UNAIR, Muhammad Faiq Windraya Wiradinata, menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas capaian tersebut. Ia menegaskan bahwa prestasi itu merupakan hasil dari kedisiplinan dan kerja keras para atlet yang telah menjalani latihan intens sejak September.
“Latihan intensif kami laksanakan melalui seleksi internal TC (training camp) di Student Center, sebanyak enam kali dalam satu minggu dengan durasi 3,5 jam setiap harinya. Banyak atlet yang melakukan 2 sesi latihan dalam satu hari. Selain itu, beberapa atlet mengisinya dengan angkat beban, mengikuti cabor Kurash, ataupun berlatih di dojo jujitsu lain,” ungkapnya.
Di tengah padatnya jadwal latihan, para atlet juga dituntut menjaga keseimbangan antara akademik dan persiapan kompetisi. Faiq menjelaskan bahwa kondisi cuaca dengan curah hujan tinggi serta tingginya volume latihan menjadi tantangan tersendiri.
“Karena hal itu, banyak atlet yang sempat jatuh sakit beberapa hari sebelum pertandingan. Namun, dibalik tantangan tersebut, tim mendapatkan banyak insight dan inspirasi setelah bertanding dengan atlet dari dojo lain,” paparnya.
Ia menyebutkan bahwa kejuaraan tersebut diikuti berbagai dojo dari seluruh Indonesia, masing-masing dengan karakter dan ciri khas. Kompetisi terbagi menjadi tiga kategori: newaza system, fighting system, dan contact system.
“Tidak hanya kekuatan fisik, pengetahuan luas dan decision making adalah hal penting dalam pertandingan jujitsu. Dukungan berupa pelatih yang kompeten sangat membantu para atlet dalam mengembangkan keterampilan tersebut,” jelasnya.
Untuk mempertajam fokus dan kemampuan menghadapi tekanan, tim menjalani latihan sparring minimal tiga ronde tanpa jeda, kemudian dilanjutkan hingga enam sampai delapan ronde tiap sesi.
“Sparring tersebut membiasakan atlet untuk bekerja di bawah tekanan,” tambahnya.
Menurut Faiq, kompetisi tidak hanya menjadi ajang menguji hasil latihan, tetapi juga sarana memperkaya pengalaman dan pembelajaran.
“Kepada para atlet, berkompetisilah dan kumpulkan pengalaman sebanyak mungkin selagi masih muda. Percayalah, tubuh tidak akan lagi bergerak seluwes ini saat usia sudah mengejar, dan waktu kalian tidak akan selonggar sekarang saat tuntutan pekerjaan kelak membayangi,” pungkasnya.



