telusur.co.id -Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto, mengapresiasi kegiatan Kompetisi Debat yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI ke-V antar Perguruan Tinggi Se-Indonesia.
Menurutnya kegiatan debat bertemakan "Penegakan Hukum Pemilu" yang berlangsung di Mercure Hotel Ancol, Jakarta Utara, dari 24-29 November 2025, merupakan kesempatan bagi para mahasiswa untuk melatih kritis dan argumentasi berbasis data serta regulasi terkait pemilu.
"Melalui kompetisi ini mahasiswa memperoleh kesempatan untuk melatih kritis dan argumentasi berbasis data serta regulasi," kata Brian dalam sambutannya melalui sambungan video, Rabu (25/11/2025).
Sebagai informasi, kegiatan kompetisi debat kelima yang diselenggarakan oleh Bawaslu diikuti oleh 24 Perguruan Tinggi Se-Indonesia yang telah lolos seleksi dari ratusan Perguruan Tinggi yang telah mendaftar sebelumnya.
Kata Brian, kompetisi debat ini merupakan kesempatan bagi para mahasiswa untuk menyampaikan gagasan mereka secara konstruktif untuk penyempurnaan penegakkan hukum pemilu.
"Mahasiswa juga dapat menyampaikan gagasan konstruktif bagi penyempurnaan penegakan hukum pemilu. Dan selanjutnya tentu peserta sekalian dapat berperan sebagai agen pendidikan politik yang objektif cerdas dan bertanggung jawab," paparnya.
Untuk itu, Mendiktisaintek berharap, kompetisi ini dapat menjunjung tinggi sportifitas dan memberikan manfaat bagi demokrasi di Indonesia.
"Akhir kata, saya berharap kompetisi ini berjalan lancar menjunjung sportifitas dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi penguatan demokrasi Indonesia serta bagi pengembangan aktivitas akademika di seluruh Perguruan Tinggi," pungkasnya.
Sementara itu, Anggota Bawaslu RI, Puadi, menyampaikan bahwa kompetisi debat yang diselenggarakan oleh Bawaslu bukan sekadar kompetisi akademik.
"Debat ini juga bukan sekedar kompetisi akademik. Ini adalah merupakan satu laboratorium demokrasi," kata Puadi dalam sambutannya.
Selain itu, Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja, berharap perdebatan oleh para mahasiswa ini dapat menampilkan sesuatu yang menarik seperti pada lompetisi debat sebelumnya yang kerap digelar oleh Bawaslu di setiap tahunnya.
"Kami menginginkan perdebatan yang menarik dan sudah sangat menarik. Ini perdebatan yang kelima. Debat yang kelima ini, saya menyaksikan banyak dari debat yang pertama hingga keempat, dan kelima ini," urainya.
"Dari perdebatan pertama dan keempat. Bagaimana seorang mahasiswa sudah layak untuk menyandang gelar master di bidangnya sebenarnya. Bahkan jangan-jangan, umur-umur segini sudah layak menyandang gelar PSD. Karena perdebatannya sangat esensial," pungkas Bagja.



