Begini Pesan Kim Jong-un Buat Pemimpin Baru AS - Telusur

Begini Pesan Kim Jong-un Buat Pemimpin Baru AS

Pemimpin Korea Utara. (bbc.com).

telusur.co.idPemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menganggap Amerika Serikat sebagai musuh terbesar negaranya, dan mengatakan bahwa dia tidak berharap Washington akan mengubah kebijakannya terhadap Pyongyang.

Kim mengungkapkan hal itu dalam pidatonya pada kongres lima tahunan Partai Buruh Korea pada hari Sabtu (9/1/21).

“Tidak penting siapa yang berkuasa di AS, karena watak asli negara itu dan semangat kebijakan dasarnya terkait Korea Utara, tidak akan berubah,” tegasnya seperti dilansir Parstoday.

Kim juga menegaskan komitmennya untuk memperkuat persenjataan nuklir Korea Utara lebih dari sebelumnya.

Lalu, faktor apa yang mendorong Kim Jong-un membuat pernyataan seperti itu? Ada beberapa poin yang perlu dicatat dari statemen pemimpin Korea Utara kali ini.

Pertama, pernyataan tersebut disampaikan dalam pertemuan Partai Buruh Korea, yang dihadiri oleh para petinggi negara itu.

Kedua, kongres Partai Buruh Korea biasanya mengevaluasi program perencanaan yang sudah disusun sebelumnya, dan menetapkan strategi Pyongyang untuk tahun-tahun berikutnya.

Setelah kongres empat tahun lalu berakhir, Kim mempercepat produksi senjata nuklir dan rudal balistik, termasuk rudal yang dapat mencapai daratan AS. Pada November 2017, dia mengumumkan perampungan sebuah kekuatan nuklir negara. Tahun ini, dia berjanji akan memperkuat persenjataan nuklir Korea Utara lebih dari sebelumnya.

Menurut para pengamat, statemen Kim memiliki penafsiran bahwa Pyongyang telah menetapkan program pengembangan senjata nuklir sebagai bagian dari strategi pertahanan negara.

Lalu, alasan apa yang menyebabkan Kim memperkenalkan AS sebagai musuh terbesar Korea Utara.

Sebagian pengamat percaya bahwa Kim mulai kesal dengan janji-janji yang tidak ditepati oleh pemerintah AS, yang dibuat dalam pembicaraan antara pemimpin kedua negara. Presiden Donald Trump tidak memenuhi janjinya setelah melakukan tiga putaran pembicaraan dengan Kim, dan akhirnya pembicaraan ini tidak diteruskan.

Padahal, Washington berjanji akan menghapus sebagian sanksi sebagai imbalan atas penghancuran kompleks nuklir Yongbyon. Selain tidak memenuhi kewajibannya, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo belum lama ini mengancam Korea Utara dengan penerapan kebijakan tekanan maksimum.

Namun, sebagian analis politik lainnya percaya bahwa Korea Utara berniat membujuk Presiden terpilih AS Joe Biden agar mengubah sikap bermusuhan Washington terhadap Pyongyang.

Pada dasarnya, pergantian kepemimpinan di AS bukanlah sebuah fenomena baru bagi para pejabat Korea Utara. Transisi kekuasaan dari kubu Republik ke Demokrat atau sebaliknya, tidak akan mengubah kebijakan konfrontatif pemerintah AS terhadap Korea Utara.

Dalam menghadapi arogansi AS, para petinggi Korea Utara biasanya mengambil strategi untuk memperkuat basis pertahanan negara. Faktanya, jika Washington bersikap semakin agresif terhadap Pyongyang, maka mereka juga bergerak semakin cepat untuk memperkuat sistem pertahanannya.

Jadi, pengembangan persenjataan nuklir dan pertahanan merupakan strategi utama Korea Utara untuk melawan ancaman AS, sebuah strategi yang ditegaskan kembali oleh Kim dalam pertemuan Partai Buruh baru-baru ini. [Tp]


Tinggalkan Komentar