telusur.co.id - Krisis di Timur Tengah mendorong poros baru solidaritas strategis antara Iran dan Rusia. Dalam pertemuan penting di Kremlin, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi memuji Rusia atas sikap tegasnya mengutuk serangan militer Israel dan Amerika Serikat terhadap Iran.

Berbicara di hadapan Presiden Rusia Vladimir Putin, Araqchi menyebut Moskow sebagai "mitra strategis" yang telah berdiri di sisi benar hukum internasional, menyusul gelombang agresi militer yang dilancarkan terhadap Iran sejak pertengahan Juni. “Rusia tidak hanya sekadar mitra diplomatik. Dalam isu nuklir, keamanan regional, dan pertahanan hukum internasional, Rusia berdiri bersama Iran di tengah badai ketegangan,” tegas Araqchi.

Menanggapi pernyataan tersebut, Presiden Putin mengecam keras serangan militer Israel dan Amerika sebagai tindakan “agresi yang tidak masuk akal dan tidak dapat dibenarkan.” Ia menegaskan bahwa Rusia akan terus mendukung rakyat Iran, dan membuka ruang dialog untuk meredakan krisis yang kian membara. “Kunjungan ini penting. Ini memberi kami kesempatan untuk mencari solusi diplomatik yang adil dan mencegah perang regional yang lebih luas,” ujar Putin dalam pernyataan resmi.

Sejak 13 Juni, rezim Zionis memulai perang agresi terhadap Iran dengan menyerang fasilitas militer dan nuklir. Situasi memanas lebih jauh setelah Amerika Serikat melakukan serangan udara ke tiga situs nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan pada Minggu pagi.

Iran menanggapi serangan ini dengan serangkaian aksi balasan, termasuk serangan rudal dan drone yang mengguncang pangkalan-pangkalan militer Israel dan Amerika di kawasan.

Araqchi menegaskan bahwa Teheran memiliki hak penuh secara hukum untuk membela diri, dan bahwa tindakan AS serta Israel melanggar Piagam PBB dan hukum internasional.[]

Sumber: TNA