Donald Trump Beri Sinyal Ruang Negosiasi di Tengah Ancaman Tarif Dagang Baru - Telusur

Donald Trump Beri Sinyal Ruang Negosiasi di Tengah Ancaman Tarif Dagang Baru

Presiden Amerika Serikat Donald Trump

telusur.co.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menggemparkan dunia perdagangan global. Pada hari Senin, ia mengumumkan rencana penetapan tarif baru yang tinggi terhadap sejumlah negara mitra dagang, namun di sisi lain, juga membuka pintu negosiasi sebelum tenggat diberlakukan.

Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih saat makan malam bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Trump ditanya tentang batas waktu pemberlakuan tarif pada 1 Agustus. "Apakah itu sudah pasti?" tanya seorang jurnalis.

"Saya akan bilang tegas, tapi tidak 100 persen tegas," jawab Trump. "Kalau mereka menghubungi dan bilang, ‘Kami ingin menegosiasikan sesuatu dengan cara yang berbeda,’ kami terbuka. Tapi untuk saat ini, rencana itu tetap berjalan."

Beberapa jam sebelumnya, Trump telah mengirim surat resmi kepada sekitar selusin negara, memberi tahu bahwa mulai 1 Agustus mereka akan menghadapi tarif hingga 25 persen atau lebih. Batas waktu tersebut sebenarnya merupakan penundaan dari tenggat awal yang dijadwalkan pada 9 Juli.

Tarif Meluas ke Asia dan Afrika

Dalam pengumuman yang sama, Trump menyebut Jepang dan Korea Selatan—dua mitra dagang utama AS—akan dikenai tarif sebesar 25 persen. Tarif juga akan diberlakukan terhadap barang-barang dari Indonesia (32 persen), Bangladesh (35 persen), Afrika Selatan (30 persen), Malaysia (25 persen), dan beberapa negara lainnya.

Gedung Putih menyatakan bahwa daftar negara dan tarifnya bisa bertambah dalam beberapa hari mendatang, mengisyaratkan bahwa tekanan dagang ini belum akan berhenti dalam waktu dekat.

Langkah ini merupakan kelanjutan dari kebijakan dagang agresif Trump sejak menjabat. Ia secara konsisten menyuarakan perlunya "keadilan dagang" dan "timbal balik," terutama terhadap negara-negara yang dianggap telah mengambil keuntungan dari Amerika Serikat selama bertahun-tahun.

Tarif yang Terus Berubah: Dari 25% Jadi 10%

Langkah ini bukan yang pertama. Pada awal April, Trump sempat mengumumkan tarif “timbal balik” terhadap puluhan negara, menggunakan defisit perdagangan sebagai acuan. Namun hanya seminggu kemudian, tarif tersebut diturunkan menjadi 10 persen untuk jangka waktu 90 hari, menyusul gejolak pasar yang merespons kebijakan itu secara negatif. Masa tenggang 90 hari tersebut akan berakhir pada Rabu ini.

"Kita sudah terlalu lama membiarkan negara lain melakukan apa pun sesuka mereka," kata Trump kepada wartawan. "Sekarang, saatnya menuntut keadilan."

Meski demikian, pernyataan Trump yang membuka ruang kompromi menandakan bahwa diplomasi dagang masih punya peluang. Kini, semua mata tertuju pada bagaimana negara-negara yang terdampak merespons ultimatum tersebut—apakah memilih perlawanan, atau mengambil jalan negosiasi.[]

 

Sumber: The Hill


Tinggalkan Komentar